February 14, 2013

Valentine

Siapa peduli hari Valentine,
jika setiap harimu tak pernah absen memanjakanku.
Siapa peduli hari Valentine,
jika pelukmu selalu bisa menghangatkanku.

Nyatanya…saat ini, aku tengah kedinginan. Sendirian.

Untuk apa mengkhususkan empat belas Februari,
kalau sudah jelas aku jatuh cinta padamu setiap hari.
Untuk apa mengkhususkan empat belas Februari,
kalau kebersamaan kita adalah yang aku cari.

Masih di tempat yang sama. Masih setia.

Hanya tertawa melihat gadis SMA diberi Cadbury oleh kekasihnya,
ciumanmu bahkan lebih enak dari cokelat buatan Willy Wonka.
Terhibur saat ada pria menyembunyikan bunga di balik punggungnya,
lalu berjalan menghampiri wanita bergaun merah muda.
Ah, dicintai olehmu bahkan jauh lebih indah dari bunga Sakura.

Kemudian aku meneguk cokelat hangat. Menikmati manis dan pahitnya yang pekat.

Ada pria memakai jas, membuka pintu untuk mempersilakan  wanitanya masuk.
Tiga remaja putri tampak malu-malu di hadapan ketiga pemudanya. Triple date, rupanya.
Di meja ujung sana, sepasang kekasih nampak mesra. Mereka segera menikah.
Lalu mahasiswa berlari ke luar saat kekasihnya di toilet. Mengejar penjual bunga buket.

Sendiri. Sofa sebelahku masih belum terisi. Di kedai kopi ini, aku mengamati.

Lagu-lagu romantis tak berhenti mengalun,
acara televisi bertema Valentine ditayangkan semua stasiun,
Penglihatan merabun karena dicekoki warna merah muda dan marun,
seseorang telah memilih untuk tetap sendiri selama beberapa tahun.

Itu aku…

Tak peduli dunia menuntut penjelasan atas ini,
pengabaian telah membuat mereka sakit hati.
Mereka menuduh, mencaci dan menertawai,
seseorang masih tetap tak menaruh peduli.

Aku mendapati diriku menyeringai sendirian.
Teringat pernah dituduh (maaf) lesbi oleh mereka yang ku abaikan….
Lihat aku, Semesta!
Aku masih baik-baik saja.
Hari Valentine tidaklah semenggoda itu.
Dan aku masih nyaman dengan kesendirianku.

Seorang wanita masih belum pulih,
masih menolak sakit lagi,
Entah hingga kapan...
Mungkin sebulan, atau sampai hari Valentine tahun depan

Lihat aku, Semesta!
Iya, aku pencari perhatian.
Lihat aku, Semesta!
Aku memberi tantangan.

Hanya wanita kuat yang bertahan dalam kesendirian.
Hanya wanita berani yang menyembuhkan lukanya sendiri.

Namun…

Akan ada pria yang mencintainya dengan sederhana, meluluhkan ia yang keras kepala.
Akan ada pria yang membuatnya lupa bahwa ia pernah terluka.



di sudut kedai kopi,

1 comment:

Anonymous said...

Amin.
-FansArimbhieGarisKeras- ;')