Aku telah merindukanmu,
sejak sedetik kau menghilang
dari pandanganku.
Maka kiralah seperti apa
bendungan rinduku,
setelah kau pergi sejauh itu.
Aku kehabisan kata,
untuk kususun menjadi alasan.
Sekedar bersiap sedia,
Jika nanti kau menanyakan.
Kepergianmu tak bisa ku
cegah,
sekuat apapun aku mencoba.
Terang saja!
Siapa disini mampu melawan
Tuhan(?)
Aku retorik baru-baru ini.
Efek lelah kukira,
bergumul dalam keintiman
duka,
yang buih-buihnya keluar
bersama airmata.
Aku memilih diam,
sembari mengecap perasan
jeruk lemon.
Sementara jumlah tanya tak
lagi malu berkembang,
seraya benalu pada tiap
batang pohon.
Bagaimana mungkin,
aku mencintaimu tiap dini.
Seperti amoeba yang membelah
diri,
biaknya terus berkembang
walau kau telah pergi.
Pernah suatu kali,
aku menangis menjadi-jadi.
Mungkin karena rindu membangsat,
karena tak sengaja
mengingat.
Kamu, yang tak lagi bernyawa.
Hanya nampak nisan pada gundukan tanah,
Aku berdiri bersama doa menaburi bunga,
untuk sang jasad tercinta.
Date created : February 2th,
2007
Author : Febie Arimbhie
No comments:
Post a Comment